Kawasan pesisir pantai Kabupaten Batubara termasuk dalam lintasan jalur terbang burung air bermigrasi dan diketahui sebagai salah satu kawasan yang penting sebagai lokasi persinggahan burung-burung migrasi yang melintasi Pulau Sumatera. Kawasan hamparan lumpur di Pantai Sujono, Pantai Sejarah, Desa Medang, Desa Durian, Desa Lalang, Desa Gambus Laut dan Desa Pematang Nibung merupakan lokasi yang mendukung keberadaan burung-burung tersebut ketika mencari makan atau beristirahat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Yayasan Warisan Hidup Sumatera (WHIS), burung-burung air penetap dan bermigrasi yang berada di pesisir Kabupaten Batubara ada yang statusnya sangat terancam oleh kepunahan seperti, Burung Kedidi Besar (Calidris tenuirostris), Burung Trinil Nordmann (Tringa Guttifer), Burung Gajahan Timur (Numenius madagascariensis), Burung Trinil lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus), Burung Bangau Bluwok (Mycteria Cinerea) dan Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus).
Pada musim migrasi yaitu antara bulan Oktober hingga Maret di setiap tahunnya, setidaknya ada 20.000 burung air yang singgah di pesisir Kabupaten Batubara, dengan lebih dari 35 jenis burung air. Sayangnya, jumlah populasi yang besar tersebut tidak menjamin bahwa keberadaannya cukup dikenali masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Batubara. Masyarakat tidak mengenal namanya, apalagi menyadari peran burung pantai bermigrasi sebagai komponen ekologis di sekitar mereka. Sehingga, dibeberapa wilayah masih ditemukan burung-burung ini ditangkap dan diburu oleh masyarakat. Yayasan WHIS menaruh perhatian penting terhadap burung air bermigrasi khususnya di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh. Yayasan WHIS telah melakukan kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam roadmap “Konservasi Burung Air Bermigrasi dan Habitatnya di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh”.
Pantai Sejarah dipilih karena Pantai Sejarah merupakan Pantai yang banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah. Di Pantai Sejarah, juga merupakan salah satu lokasi pengamatan burung air penetap dan bermigrasi yang cukup baik, didukung sarana prasarana yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Batubara bekerjasama dengan Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCM). Yayasan WHIS dan KTCM juga sudah memiliki MoU dalam upaya kerjasama dalam penyelamatan burung-burung air penetap dan migran serta habitatnya di Pesisir Pantai Desa Gambus Laut dan Desa Perupuk.
Yayasan WHIS bersama dengan PT INALUM melaksanakan kegiatan konservasi burung air penetap dan bermigrasi tersebut dengan bentuk kegiatan sosialisasi peraturan perlindungan hewan langka melalui pemasangan papan informasi di Pantai Sejarah dan Pantai Jono, pembagian media komunikasi seperti kalender dan melaksanakan kegiatan ekowisata birdwathcing atau Wisata pengamatan burung bersama masyarakat umum.